suatu sore
jakarta, jam 5 sore.
saya menengok ke luar jendela kantor saya. wah tumben, jalan arteri yg ada di depan kantor masih lengang. saya memutuskan untuk cepat -cepat pulang dengan taksi saja. memilih taksi bukan karena malas, tapi karena bawaan saya banyak (itu malas juga ya artinya? hehehe...)
setelah teman kantor saya urung pulang bersama karena masih ada pekerjaan yg belum selesai, saya cepat-cepat mencegat mobil publik itu di jalan. hup! rasa nyaman langsung merambat dan saya pun menyandarkan punggung saya ke jok tempat duduk.
tak lama hujan pun turun serintik demi serintik. para pengendara motor menepi untuk berteduh atau mengenakan jas hujan terlebih dahulu. sambil mengamati jalan, saya mengobrol dengan pak supir yang masih berusia awal 30an.
senang mendengar ceritanya. beliau bercerita tentang suka duka menjadi supir taksi. mulai dari pergi tanpa membayar, dirampok, dan hampir dihipnotis. untuk yang terakhir ini dia memberi catatan tersendiri. sambil agak menasehati saya, dia bercerita bahwa hampir semua target penghipnotis adalah ibu-ibu.
dia pernah menyaksikan seorang ibu yang sedang menunggu di halte bis, dijarah seluruh isi tasnya tanpa ada perlawanan dari ibu tersebut. semua. gelang, cincin, uang. astagfirullah...
belum cerita ttg usaha seorang penghipnotis yang menepuk pundak seorang ibu yg sedang naik motor dan merampas HP-nya.
saya terdiam. bapak itu dengan lancar mengambil jalan potong ke rumah saya (bagus, karena sebelum2nya saya selalu harus menunjukkan arah pulang ke supir taksi yg notabenenya sudah khatam jalan2 di Jakarta).
di akhir perjalanan,di depan rumah saya, bapak itu berkata: "Pokoknya Dik, kalo nanti tiba-tiba ada yang menepuk Adik, langsung hentakkan kaki 3 kali ke tanah yah, atau jangan mengedip dan jangan memandang orang yg menepuk Adik"
"ya, terima kasih banyak ya Pak, ujar saya.
"Maaf ya Dik saya terlalu banyak bicara"
Saya tersenyum dan menggeleng.
"Terima kasih Pak, justru cerita Bapak bermanfaat sekali"
Alhamdulillah. Satu pelajaran lagi hari ini. :-)
saya menengok ke luar jendela kantor saya. wah tumben, jalan arteri yg ada di depan kantor masih lengang. saya memutuskan untuk cepat -cepat pulang dengan taksi saja. memilih taksi bukan karena malas, tapi karena bawaan saya banyak (itu malas juga ya artinya? hehehe...)
setelah teman kantor saya urung pulang bersama karena masih ada pekerjaan yg belum selesai, saya cepat-cepat mencegat mobil publik itu di jalan. hup! rasa nyaman langsung merambat dan saya pun menyandarkan punggung saya ke jok tempat duduk.
tak lama hujan pun turun serintik demi serintik. para pengendara motor menepi untuk berteduh atau mengenakan jas hujan terlebih dahulu. sambil mengamati jalan, saya mengobrol dengan pak supir yang masih berusia awal 30an.
senang mendengar ceritanya. beliau bercerita tentang suka duka menjadi supir taksi. mulai dari pergi tanpa membayar, dirampok, dan hampir dihipnotis. untuk yang terakhir ini dia memberi catatan tersendiri. sambil agak menasehati saya, dia bercerita bahwa hampir semua target penghipnotis adalah ibu-ibu.
dia pernah menyaksikan seorang ibu yang sedang menunggu di halte bis, dijarah seluruh isi tasnya tanpa ada perlawanan dari ibu tersebut. semua. gelang, cincin, uang. astagfirullah...
belum cerita ttg usaha seorang penghipnotis yang menepuk pundak seorang ibu yg sedang naik motor dan merampas HP-nya.
saya terdiam. bapak itu dengan lancar mengambil jalan potong ke rumah saya (bagus, karena sebelum2nya saya selalu harus menunjukkan arah pulang ke supir taksi yg notabenenya sudah khatam jalan2 di Jakarta).
di akhir perjalanan,di depan rumah saya, bapak itu berkata: "Pokoknya Dik, kalo nanti tiba-tiba ada yang menepuk Adik, langsung hentakkan kaki 3 kali ke tanah yah, atau jangan mengedip dan jangan memandang orang yg menepuk Adik"
"ya, terima kasih banyak ya Pak, ujar saya.
"Maaf ya Dik saya terlalu banyak bicara"
Saya tersenyum dan menggeleng.
"Terima kasih Pak, justru cerita Bapak bermanfaat sekali"
Alhamdulillah. Satu pelajaran lagi hari ini. :-)
