Pray for Japan



Jepang selalu dekat di hati saya.
Di luar kenyataan bahwa dia dulu adalah penjajah, banyak unsur hidup saya terkait dengan negara Sakura ini.

Paman dan bibi saya menikah dengan orang Jepang. Satu dari mereka mempunyai anak perempuan yang sangat lucu. Ibu saya sempat bekerja di Jepang sebagai peneliti dan sampai sekarang masih mempunyai kerjasama dengan orang Jepang. Saya sendiri pernah beberapa kali mengunjungi Jepang dan setiap kunjungan selalu memberikan kenangan yang manis dan tak terlupakan.

Sehingga tak ayal ketika saya mendengar Jepang terkena gempa Jumat lalu (thanks to Twitter yang iseng saya lihat di tengah-tengah seminar) hati saya sedih. Sedih melihat jumlah korban jiwa yang terus bertambah, rumah, mobil dan harta benda yang musnah seketika, dan terakhir ancaman radiasi nuklir yang jangkauannya semakin meluas.

Hati saya juga tersentak akan keagunganNya. Betapa negara sehebat Jepang pun, yang telah memperhitungkan dampak bencana alam sedetil mungkin, tetap saja "kecolongan". Tidak ada yang melebihi kekuatan Allah. Tidak ada yang dapat melawan kehendak Allah. Dan hati saya pun menciut karena teringat kesombongan-kesombongan yang saya lakukan, disadari atau tidak, dalam hari-hari yang saya jalani.

Namun Allah Maha Penyayang. Di tengah-tengah kekisruhan dan duka yang mendalam, Allah masih menyelipkan beberapa keajaiban, termasuk keajaiban yang ini.

They pulled away wood and slate, dug back thick oozing mud – and there was the child they were to describe as a ‘tiny miracle’.


Semoga kita selalu dalam lindunganNya. Selalu mensyukuri nikmat Allah sekecil apapun. :)


Getty Images picture. Photographer: Tadayuki Naitoh

Comments

Popular Posts